Jumat, 26 Oktober 2007

Iklan Ciu Tempo Doeloe

ARAK MERK YAP GOAN THAY
Toewa, moeda,lakie, prampoean bole minoem ini arak DJIM SOM TJIOE boewat bikin KOEWAT BADAN ilangkan PEGEL serta bikin BERSIE DARA (nifas atawa haid).

Iklan tjioe macam begini banyak terdapat pada koran-koran terbitan Betawi tahun jebot. Dalam Bintang Betawi dimuat iklan ciu dari pabrik Louw Yang Sin dan Ban Seng Tong sementara di koran Pembrita Betawi ada mereka ciu merek Tjoen Seng Tong dan Yap Goan Thay (iklan diatas). Bahkan di rumah-rumah obat, banyak ditawarkan iklan arak dengan promosi mampu bersihkan darah dan 1001 macam khasiat.

HABIS MANIS, AMPAS JADI TJIOE

Arak yang baik biasanya dibuat dari beras atau beras ketan hitam yang diberi ragi, namun saat itu produksi tebu di Batavia sedang moncer sehingga ciu banyak dibuat dari sisa penggilingan tebu yang masih mengandung 25-40% gula yang setelah melalui proses peragian selama 1 minggu lebih, barulah menjadi ciu.

Konon Ciu asal Betawi kesohor karena selain warnanya yang kuning keemasan, rasanya pahit-pahit manis dengan kandungan alkohol 60-66%.

Tak heran jumlah pabrik ciu di Betawi makin meningkat. Pada tahun 1712 saja baru ada 12 pabrik. Eh tiga tahun kemudian yaitu tahun 1715 sudah menjadi 18 buah, dan mencapai puncaknya pada 1761 sampai 1793 ada 20 pabrik dengan masing pabrik mampu mengeluarkan 600 legger (1 legger=400 kan.)

Orang bilang 1 legger adalah 1 gentong.

Tak kurang Gubernur Jendral Rafles adalah pendukung militan terhadap kepada Ciu van Batavia. Jauh-jauh dari Bengkulu setiap bulannya ia tidak lupa memesan 1 legger Ciu asal Batavia karena "tiada baoe minuman keras sedikitpun di Bengkulu"

MULAI DAPAT PESAING

Masa keemasan Tjioe di Batavia mulai suram khususnya pada abad ke-18 pasalnya orang Inggris mulai mendapat pasokan arak enak dan murah dari Ceilon sehingga menepis produksi arak di Betawi sampai jeblok.

Apalagi dengan politik pintu terbuka (kalau sekarang era globalisasi), maka bermacam merek minuman keras masuk ke Batavia sehingga produk lokal kalah bersaing dengan produk luar. Mulai dari kemasan, sampai ke iklan yang diolah secara holistik memprovokasi massa berperilaku bule atau "baru jadi manusia modern kalau sudah berprilaku seperti bule"

"Yang minum Tjioe lokal cuma juragan Ikan Peda....," kata sebuah iklan lain.

Atau kalau jaman sekarang Arak Lokal sama rasanya dengan burket, sepet doang

Bisa dilihat bahwa pada tahun 1827 industri arak di Betawi mulai gulung tikar satu persatu sehingga longsor tinggal 8 saja. Kebanyakan yang masih eksis adalah pabrik arak kecil yang umumnya memproduksi arak untuk kebutuhan obat gosok atau patah tulang belaka.

Tidak ada komentar: